I'm Just An Ordinary Woman ^_^

Wednesday, January 7, 2015

My Grape World: Amazing!!


Amazing!!... That's the only word that could described what I felt when I saw the flower of my Japanese variety grape, Pione, for the first time. Many friends in FB Grape Lover Group complaining that Japanese varieties was hard to plant in Indonesia. It was need some special treatment like the use of some "booster" to make them grow well. Some say that was about the difference of weather between Indonesia and Japan. But I doubt it. Many of them able to plant grape varieties from Europe. I guess the difference of weather between Indonesia and Europe is more extreme than Japan, isn't it?!
I don't know what the problem of planting Japanese varities exactly is. The soil?! The weather?! Like the line that always said in Shakespeare In Love  movie.... -It's mystery-
Alhamdulillah... My Pione grows quite well. It was bought approximately 8 months ago on bareroot form. I planted it on media that consist of soil, sand and compost. The growth of it can be seen on pictures below.

Fresh from Japan.. 




spread the leaves....

The leaves turn green...


grow.. and grow....

need a shoulder...

grow straight right now...
Taller... and taller...
Hey, look.... a flower...
and again....

and again....

Tuesday, January 6, 2015

My Grape World: Merawat Cutting Anggur.. Ngeri-ngeri Sedapp..

Pertama kali belajar piara anggur, bentuk bibit yang digunakan adalah cutting alias stek. melihat penampakan cutting, sekilas terbayang stek pohon singkong. Setelah berkomunikasi dengan seller, cutting anggur ditancapkan di polibag dan batangnya ditutup plastik es lilin. Katanya itu bertujuan agar cutting tetap lembab. Saya tunggu 3-4 hari kok tidak ada tanda-tanda sprout itu tunas. "Lembab"... sepertinya itu kuncinya. Akhirnya saya pake resep perlakuan stek warisan keluarga.... dimasukin kamar mandi. Jaman dulu, bapak juga mas-masku kalo mo tanam singkong, cutting disimpan di kamar mandi lebih dulu baru ditancep ke tanah..hehe...
Alhasil, 10 cutting yang kubeli sprout semua... hatiku pun berbunga-bunga. Komunikasi pun dilakukan lagi dengan seller, kira-kira apa yang harus dilakukan ketika cutting sudah mulai bertunas. Jawabannya, harus mulai dilatih untuk dikenalkan dengan sang mentari. Oke.. si anggur pun dijemur 2-3 jam pada pagi hari. Hari demi hari tunas terus tumbuh. 
Suatu ketika, saya ada penugasan ke luar kota. Suami yang mengasuh cutting di rumah memberikan laporan kalo tunasnya mendadak layu... Olala.... 
Apa yang salah ya?! Suamiku pun juga bingung. Padahal tu cutting begitu trubus dan sehat.
Singkat cerita, saya bergabung dengan grup di jagad facebook, tempat berkumpul para penggemar tanaman anggur. Disitu saya curhat tentang apa yang sudah saya alami. Rupanya ada yang salah pada media tanam yang aku gunakan. Penggunaan pupuk kandang (pukan) yang belum matang sempurna untuk campuran media semai cutting sangat tidak dianjurkan. Waktu itu, saya menggunakan pukan pupup kambing, butiran-butiran pupupnya belum terurai sempurna. Wis... sejak saat itu kapok pake pukan buat semai cutting. Cukup pake campuran tanah sama pasir saja.
Berlatih merawat cutting terus saya lakukan. Dengan mengikuti dua grup tanaman anggur membuatku kaya akan macam-macam pengetahuan tentang metode semai cutting. Disini saya coba uraikan beberapa metode semai tersebut sebagaimana yang di-share  rekan-rekan di grup PTA dan BDTA:

  • Semai dengan cocopeat
Cocopeat merupakan serbuk yang terbuat dari sabut/kulit kelapa. Cocopeat kadang digunakan untuk campuran media tanam (metan) maupun kompos. Metode semai dengan cocopeat ini dilakukan dengan cara dipendam. Prosedur umum di semua metode semai cutting adalah cutting harus direndam pada air bersih selama 24 jam (jangan menggunakan air PDAM/air berkaporit). Bungkus cocopeat pada selembar kain. Siram dan peras cocopeat tersebut beberapa kali sampai air berwarna bening. Pada bilasan terakhir, peras cocopeat sampai tidak ada air yang menetes (tekstur cocopeat lembab). Cutting yang telah direndam air dicelup fungisida dan diberi perangsang akar pada bagian pangkalnya. Perangsang akar bisa menggunakan produk-produk yang dijual di toko pertanian seperti root-up, rooton F, growtone, clonex atau lainnya, bisa juga menggunakan bahan-bahan alami seperti sebuk kayu manis atau air bawang merah. Selanjutnya, masukkan cocopeat dalam kantong plastik dan pendam cutting di dalamnya. Buat lubang-lubang pada plastik untuk sirkulasi udara. Dan bongkar pendaman cutting kurang lebih setelah 1-2 minggu (biasanya nampak akar sudah mulai muncul di plastik). Secara pribadi, saya belum pernah mencoba metode ini. Namun saya pernah ikut group buy bibit dan bibit yang diterima dalam kondisi telah dipendam dalam cocopeatMenurut penilaian saya pribadi, timing untuk membongkar pendaman ini yang harus diperhatikan. Karena jika terlalu lama, mata tunas (bud) yang sudah mulai sprout bisa rusak. Waktu itu, bibit yang saya terima budnya sudah mulai sprout setelah 1 minggu tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan akar sehingga saya tunda barang 2-3 hari untuk dipindah ke metan. Alhasil tunasnya pun rusak alias nyenyet... Tetapi metode ini berhasil untuk cutting manicure finger yang dibeli dari Tiongkok.

Buntelan cocopeat berisi cutting anggur


  • Semai dengan air dan arang
Beberapa rekan di grup menggunakan metode semai air dan arang ini, namun ada pula yang tidak menganjurkannya. Metode semai dengan air ini kesulitannya adalah mengadaptasikannya ke dalam media tanah. Metode semai ini dilakukan dengan cara mengisi wadah plastik (bisa menggunakan gelas air mineral atau lainnya) dengan air bersih non kaporit dengan tinggi permukaan air 1-2cm. Letakkan cutting pada wadah tersebut dan masukkan sebongkah kecil arang. Fungsi arang ini agar air tidak keruh. Tunggu sampai cutting tumbuh akar, selanjutnya pindah ke metan biasa di pot atau polibag. Letakkan polibag atau pot tersebut di tempat teduh sampai pertumbuhan cutting stabil. Setelah itu, bisa dimulai utuk dikenalkan pada sang mentari.
  • Semai single bud
Semai single bud ini pada dasarnya menggunakan metode semai dengan air. Bedanya, cutting yang disemai dipotong lebih pendek dan hanya menyisakan satu bud. Isi wadah dengan air bersih (bisa juga diberikan sedikit air bawang merah untuk merangsang pertumbuhan akar), ikat cutting dengan benang dan masukkan dalam wadah dalam posisi menggantung dan pangkal cutting tercelup air sepanjang kurang lebih 1 cm.  Letakkan wadah tersebut di tempat yang gelap (bisa diletakkan di wadah yang lebih besar dan ditutup). Kondisi gelap konon lebih menstimulasi pertumbuhan akar. Bila tunas tumbuh lebih dulu, cutting bisa mulai dikenalkan mentari pagi agar berfotosintesis dan menstimulasi tumbuhnya akar. Frekuensi sinar matahari ini jangan terlalu banyak karena akan membuat tunas layu. Setelah akar tumbuh, baru dipindahkan ke pot atau polibag. Metode single bud ini dapat memperbanyak bibit terutama untuk bibit impor karena 1 cutting bisa dipotong-potong menjadi 3-4 bibit. Saya pernah mencoba semai model ini. Cukup bikin stres..hehe...  
Metode semai ini membutuhkan waktu lebih lama dan kans bud untuk sprout juga kecil. dari 10 cutting yang saya semai, hanya 3-4 yang budnya sprout dan butuh waktu mungkin lebih dari 1 bulan untuk menunggu akarnya tumbuh. Dari 3-4 bud yang sprout, hanya 1 yang akarnya berhasil tumbuh. Itupun mati setelah dipindah ke pot... hehe.... Pokoke ga sukses lah... :p
Semai single bud di gelas air mineral yang diletakkan di box sterofoam

  • Semai dengan media biasa (tanah dan pasir)
Model semai konvensional ini masih menjadi favorit saya. Cutting yang sudah ditreatment dengan fungisida dan perangsang akar ditanam pada polibag atau pot dan disungkup. Jika pada prolog tadi menggunakan bungkus es lilin, maka kali ini saya lebih prefer disungkup semuanya, sak pot-potnya dibungkus. Pot diberi rangka kawat agar plastiknya nggak nyenggol cutting dan usahakan plastiknya transparan agar bisa memantau pertumbuhan tunas. Yang masih membuat saya galau dengan metode semai ini adalah pertumbuhan akar yang kurang bisa dipantau. Biasanya yang terjadi pada semai cutting meliputi 2 hal, akar tumbuh lebih dulu atau tunas tumbuh lebih dulu. Kalau tunas tumbuh lebih dulu tanpa diimbangi dengan pertumbuhan akar, yang terjadi adalah ketika tunas mencapai tinggi 5 cm tiba-tiba layu. Ini pernah terjadi ketika saya menyemai bibit red globe dan white long malta. Sempet bikin jantung mo copot. Dan yang kulakukan adalah...nothing. Saya hanya memindah semaian ke dalam rumah. Tidak diapa-apakan lagi. Beberapa hari setelah itu, tunas-tunas tampak tumbuh lagi. Layunya daun-daun itu nampaknya karena kekurangan suplai makanan akibat akar belum tumbuh. Jadi, mesti punya kesabaran ekstra untuk menanti tumbuhnya akar.
Sedangkan kalo akar tumbuh duluan, ini yang susah diprediksi kalo semai di pot. Pernah suatu ketika semai cutting yellow belgie (anggur kediri kuning) hasil BLT dari warga PTA. Secara kasat mata, nampaknya cuttingnya udah wassalam. Kondisinya kering kerontang. Karena ga sabaran, kucabut lah itu cutting. Ternyata akarnya gondrong jaya... arrghhh.... Sudah coba diselamatkan dengan menanamnya kembali dan menyiramnya dengan larutan Vitamin B1 tak jua bisa menolong.
Ya sudah.. wassalam beneran deh..hehe...
Untuk memantau pertumbuhan akar, menggunakan wadah transparan seperti gelas air mineral atau gelas pop es sepertinya perlu dipertimbangkan. Temen-temen di grup rata-rata menggunakan itu. Kemarin sudah pengadaan gelas pop es satu plastik dan sudah dibolong-bolong untuk persiapan kedatangan cutting dari Ukraina dan Jepang. Mudah-mudahan semai cutting kali ini bisa lancar jaya dan bisa tumbuh subur gemah ripah loh jinawi.... Aamiinnnn....
Bentuk sungkup untuk semai konvensional pada pot
*mirip parcel...hehe....