I'm Just An Ordinary Woman ^_^

Tuesday, October 27, 2015

My Grape World: Grape Diseases alias Penyakitnya Anggur..

Bercocok tanam anggur, selain memahami nutrisi dan teknik yang dibutuhkan pertumbuhan dan pembuahan anggur, harus pula memahami penyakit-penyakit yang berpotensi mengancam pertumbuhan anggur. Menghadapi penyakit anggur ini tidak kalah mumetnya dengan pemenuhan nutrisi anggur. diperlukan kecermatan dalam mengidentifikasinya dan pemilihan cara untuk mengatasinya. Koleksi anggur pribadi telah mengalami beberapa kali serangan dan cukup membuat stress juga hehehe...
Terkait penyakit anggur ini, saya banyak sharing dengan sahabat-sahabat hobiis anggur. Berikut penyakit-penyakit anggur yang pernah hinggap di beberapa koleksi varietas anggur yang saya miliki.
  • Jamur
Musuh utama anggur di musim hujan adalah jamur. Jamur pada anggur ini bisa berupa downy mildew yaitu serbuk kuning yang ada di bawah daun ataupun powdery mildew berupa serbuk putih yang ada di permukaan daun dan menyerang pada cluster buah anggur juga. Pun begitu, tidak menutup kemungkinan pula jamur akan menyerang pada musim kemarau. Ini terjadi pada beberapa bibit anggur di rumah. Varietas okusgozu dari Turki sempat terserang powdery mildew di daunnya bahkan pada varietas pione dari biji, powdery mildew merembet ke batang sehingga memutus jalur nutrisi dan batang yang rencananya akan dijadikan batang sekunder, mendadak layu.

powdery mildew menyerang daun
Untuk mengatasi permasalahan jamur powdey mildew ini kemarin saya menggunakan fungisida serbuk yang dilarutkan dalam air dengan takaran, kalo saya tidak salah ingat kurang lebih 4gr/liter. Langkah tersebut sejauh ini cukup efektif untuk mengatasi jamur powdery mildew ini. 

Ring berwarna hitam karena serangan jamur ini menyabotase nutrisi ke ujung batang

Penampakan ring warna hitam tadi saat batang di belah. Bagian dalam batang yang mulai membusuk hanya di spot ring yang berwarna hitam tadi. Batang sebelum ring dan sesudah ring tadi masih berwarna hijau.


Batang yang diserang jamur (ring hitam) tadi tampak mengering.

Sedangkan untuk jamur yang menyerang batang, baru kali ini saya mengalaminya. Tadinya saya kira ini disebabkan oleh semacam kutu penggerek batang. Setelah curhat dengan rekan yang bergelut dengan hama tanaman, Diketahui bahwa itu merupakan serangan jamur. Katanya, itu sebenernya masih bisa ditolong dengan menggunakan serbuk fungisida yang dibuat seperti pasta dan dioleskan pada ring hitam tadi. Tapi batang yang mengering tadi sudah terlanjur kuamputasi..hehe...
Membaca beberapa artikel di internet, ternyata ada juga fungisida organik yang menggunakan bahan bumbu dapur berupa rimpang-rimpangan (orang Jawa bilangnya empon-empon) yaitu jahe, kunyit dan laos/lengkuas. Bahan-bahan organik ini bisa untuk pembasmian juga pencegahan. Namun saya pernah ngobrol dengan penyedia pupuk dan obat-obatan tanaman katanya untuk bahan-bahan organik ini lebih digunakan untuk pencegahan dan kurang efektif untuk pembasmian. Entah opini ini bener apa tidak. Sejauh ini saya baru satu kali saya menggunakan fungisida dan itu kimiawi. Akan dipertimbangkan untuk menggunakan ramuan empon-empon untuk persiapan musim hujan mendatang dalam rangka pencegahan jamur :)


  • Kutu
Kutu yang menyerang tanaman anggur koleksi di rumah sejauh ini ada 3-4 macam. Cukup menjengkelkan. Ga tau apakah penyakit yang disebabkan kutu-kutu ini lagi tren (endemik) di daerah sekitar rumah atau gimana. Serangan kutu ini seolah ga pernah berhenti. Yang pertama kutu thrips. Kutu kecil berbentuk panjang ini ada yang berwarna hitam ada yang putih. Thrips hitam seolah menghisap klorofil sehingga ada spot-spot kering pada daun. Daun-daun yang diserang ini lama kelamaan akan rusak. Sedangkan untuk thrips yang berwarna putih menempel pada tulang-tulang daun. Daun yang terserang thrips putih akan mengkerut dan tidak sehat. Daun yang mengkerut dapat pula disebabkan oleh kutu bulat berwarna hitam dan oranye. Saya kurang begitu paham apakah ini tergolong thrips juga ataukah bukan. Berikut penampakan serangan thrips pada tanaman anggur.
daun yang diserang thrips berwarna hitam

Kutu-kutu bulet berwarna hitam dan oranye tampak menikmati lezatnya daun anggur

Penampakan daun anggur setelah dimangsa thrips putih
Untuk membasmi thrips ini, saya kemarin memanfaatkan pestisida organik dari bahan bawang putih, spiritus dan daun mimba. Pestisida kontak ini lumayan ampuh untuk membasmi thrips. Pestisida kontak merupakan pestisida yang membasmi saat kutu tersebut terkontak langsung baik melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) maupun langsung mengenai mulut serangga (http://ditjenbun.pertanian.go.id). Kebanyakan pestisida organik bersifat kontak.
Ada pula pestisida yang bersifat sistemik. Pestisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.(http://ditjenbun.pertanian.go.id). Sepertinya pestisida jenis ini cocok untuk penanganan jangka panjang dan saya akan mencoba mengaplikasikannya.
Yang kedua, kutu perisai. Morfologi kutu ini membuatnya sulit untuk dibasmi. Kutu eksis dibalik perisai atau semacam tempurung kecil yang melindunginya dari pestisida.  Perisai ini bersifat water resistant karena dilapisi semacam lilin. Kutu ini kebanyakan menyerang/menghisap batang anggur. Yang perlu diperhatikan adalah serangan pada batang tua. Warna perisai kutu ini seolah berkamuflase dengan warna kulit batang bahkan seringkali kutu ini nyelip diantara lipatan kulit. Jadi harus jeli melihatnya.

Penampakan kutu perisai yang menempel pada batang varietas red flame
Untuk mengatasi kutu sementara ini saya masih menggunakan cara manual rada anarkis, dikerik menggunakan kuku atau dicongkel pake jarum untuk kutu yang nyelip-nyelip. Ada tips dari sahabat grup anggur untuk membasmi kutu ini namun saya belum pernah mencobanya. Tipsnya adalah disikat perlahan dengan menggunakan sikat gigi dan air dicampur sabun cuci piring cair untuk menghilangkan lapisan lilinnya. Setelah itu, disemprot dengan pestisida yang telah dicampur perekat. Tips ini lebih efektif diaplikasikan pada sore hari saat kutu perisai sedang beraktivitas. Sempet terpikir pula untuk menggunakan pestisida sistemik karena kutu perisai akan menikmati batang yang mengandung residu pestisida.
Yang ketiga adalah kutu putih. Ini hama yang paling update saat ini :p Kutu ini juga banyak dijumpai pada pohon jeruk, mangga dan pepaya. Pada pohon anggur, kutu ini gemar sekali memangsa pucuk-pucuk batang dan tunas-tunas yang tentu saja menghambat pertumbuhan anggur. Sedihnya, kutu ini juga memangsa graftingan entres red flame-ku yang baru tumbuh.. Hiks.. Susah payah aku menggrafting itu...
Pucuk-pucuk batang dan tunas air yang mengerut akibat serangan kutu putih
Untuk sementara ini saya menggunakan pestisida kontak untuk membasmi kutu putih ini dan masih menunggu hasilnya. Sedangkan pada varietas lokal yang pohonnya sudah agak besar, kerutan-kerutan akibat kutu putih ini kupotong. Ada sahabat hobiis yang menyarankan juga untuk memanfaatkan pestisida sistemik agar pucuk yang mengerut kembali tumbuh normal. Nanti akan dicoba juga.

Selain serangan hama jamur dan kutu, pertumbuhan anggur juga harus dijaga dari defisiensi unsur hara makro maupun mikro. Asupan nutrisi harus diperhatikan. Gejala-gejala defisiensi ada yang mirip dengan serangan hama. Serangan kutu putih ini tadinya kukira defisiensi seng (Zn) karena gejalanya mirip sekali seperti pertumbuhan sel batang yang tidak sempurna, daunnya kerdil, pertumbuhan pucuk mengerut dan jarak antar mata tunas pendek. Tetapi setelah diperhatikan lagi dan juga ada sahabat yang pernah mengalami gejala serupa rupanya ada kutu putih yang bersemayam dibalik kerutan daun.

Demikian derita akibat hama ini, mudah-mudahan berikutnya akan diperoleh cara-cara yang lebih efektif untuk membasminya.

Have a grape day.. ;)

Tuesday, September 22, 2015

My Grape World: Sambung Menyambung Batang Ijo (Mini Grafting)



Perbanyakan bibit secara vegetatif lebih banyak dipilih untuk memperbanyak tanaman anggur sebab karakter buah yg dihasilkan kelak relatif sama dengan induknya. Perbanyakan secara vegetatif yang dapat dilakukan pada tanaman angur antara lain: cangkok, stek (cutting) dan grafting. Dari ketiga model perbanyakan vegetatif tersebut, menurut saya, grafting merupakan bentuk paling ideal terutama untuk mengadaptasikan varietas-varietas dari luar negeri. Sebab, dengan grafting, entres (batang atas) dari batang varian impor disambungkan dengan varian lokal yang telah beradaptasi dengan lingkungan atau dengan varietas batang bawah (rootstock) yang tahan becek dan penyakit. Dengan demikian, persentase keberhasilan untuk membiakkan varian impor lebih besar bila dibandingkan dengan menanam "polosan" dalam bentuk cangkok ataupun stek.
Dari penulusuran di dunia maya, dijumpai beberapa model grafting. Berikut model grafting yang dikutip dari situs www.appleman.ca:

  • cleft grafting
cleft grafting merupakan model grafting dengan membuat celah (cleft) pada batang rootstock yang selanjutnya disisipkan entres didalamnya
kunci dari semua model grafting adalah layer kambium harus pas antara rootstock dengan entres  
Model lain dari cleft grafting (sumber: wikipedia)
  • bark grafting

Bark grafting merupakan model grafting dengan mnyisipkan entres pada kulit (bark) batang rootstock
  • whip and tongue grafting

whip and tongue grafting ini pada dasarnya mirip dengan clef namun model sayatannya yang berbeda
  • bridge grafting
Bridge grafting ini agak nggak umum. Saya juga baru tau pas baca sumber untuk bahan blog ini..hehe... Berdasarkan keterangan dari sumber, bridge grafting ini untuk menyelamatkan batang yang diserang hewan pengerat (tikus, rayap dll). prinsipnya sama dengan bark grafting, bedanya di bridge ini kedua ujung entres disisipkan pada kulit batang rootstock. 
  • bud (mata tunas) grafting
 Bud grafting ini ada dua model yaitu chip bud dan T-budding.
chip bud ini dilakukan dengan membuat sayatan pada rootstock menyerupai model sayatan pada bud entres. saya sudah pernah mencoba chip bud ini dalam rangka menyelamatkan bibit cutting impor.. dan gagal..hehe... Chip bud ini, menurut saya pribadi, sulit untuk membuat irisan yang pas pada entres maupun rootstock sehingga ketika disatukan masih terlihat celah yang membuat kambium tidak bisa menyatu.
T-budding ini dilakukan dengan menyayat kulit batang rootstock berbentuk huruf T. Potongan bud diselipkan pada sayatan tersebut dan selanjutnya dibalut dengan grafting tape. T-budding ini sepertinya lebih mudah dan lebih menjanjikan... Jadi ga sabar pengen mencobanya... hehe...


Teknik penyambungan lain yang juga diterapkan oleh sahabat-sahabat penggemar anggur adalah sambung susu dan mini grafting. Sambung susu merupakan teknik penyambungan dengan kondisi entres tidak dipotong. Jadi, penyambungan dilakukan dengan kondisi masih memiliki akar. Entres dipotong pada saat telah menempel sempurna pada rootstock. Teknik sambung susu ini juga banyak digunakan untuk menambah "kaki" pada pohon durian yang ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman karena suplai makanan dari akar yang melimpah. Sedangkan mini grafting pada prinsipnya menggunakan cleft grafting namun dilakukan pada batang yang masih hijau dan kecil. Jika sempat berselancar di youtube, ketikkan kata kunci "mini grafting" atau "green on green grafting". Disana ada panduan video lengkap langkah-langkah untuk melakukan mini grafting.

Dan.... belum komplit rasanya piara anggur tanpa menguasai ilmu grafting menggrafting ini. Bahan yang paling mudah didapat untuk praktik grafting adalah mini grafting, hanya membutuhkan rootstock dengan tunas yang tidak terlalu besar dan entres dari tunas yang tidak terlalu besar pula. Mini grafting ini juga dapat digunakan untuk memanfaatkan cabang-cabang muda yang biasanya dibuang dalam rangka pengaturan percabangan pohon anggur. Permasalahan dalam sambung pucuk ini cuma satu... ukurannya.. hehe...
Batang yang muda, ukuran yang kecil dan rapuh membuat saya harus ekstra hati-hati melakukan mini grafting. Yang perlu diperhatikan dalam mini grafting adalah pertama, gunakan batang yang sudah agak keras namun masih berwarna hijau, baik entres maupun rootstocknya. Ini akan mempermudah saat memasukkan entres ke dalam belahan batang roorstock. Kedua, pemilihan bahan ikat. Untuk bahan ikat ini bisa menggunakan grafting tape, suatu plastik dengan gulungan mirip isolasi selebar 1 inci yang digunakan khusus untuk grafting. Ada juga rekan-rekan hobiis anggur  yang hanya menggunakan plastik es lilin dan banyak yg berhasil... *ngiri*. Namun, disarankan menggunakan plastik dengan tekstur mirip grafting tape misalnya plastik wrap pembungkus makanan.

Sudah banyak entres yang jadi korban tangan saya dalam mempelajari mini grafting ini..hehe... Bahan pengikat yang digunakan mulai plastik es lilin, plastik wrap, grafting tape sampai akhirnya jatuh hati pada parafilm. Bahan plastik es lilin belum pernah menunjukkan hasil yang signifikan. Setiap memasuki hari ke-3, hasil grafting mulai layu (konon katanya ketika grafting telah melewati hari ke-3 dan masih segar berarti masih ada harapan :p). Graftingan nyaris berhasil ketika menggunakan plastik wrap dan grafting tape. Waktu itu dapat sumbangan entres varian palieri, karena ukuran entresnya besar saya mengorbankan prabu bestari saya untuk jadi rootstock. Bud sempat pecah dan bertunas. Namun ketika sungkup grafting dibuka, tunasnya mendadak layu dan kering semua berikut rootstocknya. Saya langsung patah hati... Tapi tidak menyerah. Grafting tetap dicoba dengan menggunakan grafting tape.. dan gagal terus.. sampe persediaan rootstock yang ada gundul semua...hehe...

Percobaan berikutnya mini grafting dengan menggunakan parafilm. Terinspirasi dari video mini grafting milik salah satu sahabat di grup anggur yang diposting di youtube. Parafilm merupakan bahan sealer yang biasa digunakan untuk menutup tabung reaksi, cawan petri atau wadah-wadah di laboratorium agar tidak terkontaminasi. Bahan parafilm ini lentur dan teksturnya agak lengket. Jadi, saat membalut sambungan grafting tidak perlu membuat ikatan/simpul, ujung tali cukup direkatkan saja. Mungkin ini yang membuat tingkat keberhasilan grafting lebih besar karena resiko sambungan berubah posisi jadi  lebih kecil. Bahan parafilm ini memang agak sulit ditemui, mungkin yang menyediakan adalah toko-toko penjual alat-alat laboratorium. Untungnya, saya menemukannya di salah satu toko online lokal. Harganya lumayan menguras kantong tapi cukup sebanding dengan hasilnya, karena saya baru berhasil melakukan grafting ketika menggunakan bahan ini.. hehehe...



    Langkah-langkah mini grafting menggunakan parafilm kurang lebih seperti ini:

    • Iris ujung entres berbentuk V dengan ujung lancip. Perhatikan posisi irisan dengan posisi mata tunas. Alat pemotong sebaiknya menggunakan silet untuk alat cukur yg dipatahkan jadi dua. Selain lentur, silet ini juga tajam sehingga entres maupun batang rootstock tidak memar.

    • Belah batang rootstock, bisa dibelah biasa tapi lebih bagus dibelah dengan membentuk huruf V untuk menghindari memar/resiko tertekuk saat entres disisipkan. Saya pribadi lebih memilih belah biasa karena kalo belah V suka kebablasan motongnya..hehe... Cm ya gitu, harus ekstra hati-hati saat menyisipkan entres. 

    • Sisipkan entres pada belahan batang rootstock. Untuk rootstock, saya menggunakan anggur sejuta umat, isabella. Varian ini banyak dijumpai di tukang-tukang jual kembang/tanaman, sangat adaptif dengan iklim Indonesia dan relatif tahan banting. Perhatikan posisi bud entres dan bud pada rootstock. Usahakan posisi kedua bud tersebut berlawanan sisi (selang-seling), karenanya penting untuk memperhatikan posisi irisan V pada entres.

    • Bebat sambungan dengan menggunakan parafilm. Untuk bebat ini, potong parafilm dengan ukuran kurang lebih 3 x 1 cm, tarik parafilm tersebut sampai panjangnya mencapai kurang lebih 3x panjang semula dan bebatkan.

    • Setelah dibebat, bungkus entres dengan parafilm. Potong parafilm dengan ukuran 3 x 3 atau sesuaikan dengan panjang entres. Tarik parafilm tersebut dan balutkan ke entres sambil ditekan-tekan lembut agar nempel dan entres terbungkus sempurna.




    Dengan langkah-langkah tersebut, diperoleh hasil kurang lebih seperti ini. 
    • Entres black panther/cherna panthera nempel pada isabella. Dorongan pertumbuhan bud entres akan merobek bungkusan parafilm :)




    • Ini juga entres black panther. Mini grafting yang dilakukan bersamaan dengan foto di atas namun perkembangannya lebih lambat


    • Selanjutnya giliran autumn royal beraksi...  ^_^


    Kalau dulu semangat mencoba grafting karena bolak-balik gagal jadinya penasaran. Sekarang karena ada yang berhasil tumbuh jadi tambah semangat (baca: bernafsu) pengen mainan grafting terus...hehe... 

    Well... Selamat mencoba ;) 

    Saturday, June 6, 2015

    Fotografiku: My Click - Flora.....

    Bagi saya pribadi, memotret flora relatif mudah karena objeknya statis. Hanya saja masih perlu melatih sense. Ide memotret flora ini kadang datang begitu saja. Kebanyakan muncul saat saya mematut2 perkembangan tanaman-tanaman piaraan di rumah. Tunas-tunas mereka saat mau merekah terlihat sangat eksotis. Bila dibandingkan dengan hasil karya temen-temen yang sudah eksis di medsos, jepretan saya ini rasanya masih kurang. Terutama yang berbau makro... ugghhh... kapan ya bisa punya lensanya... hehe....
    Kali ini saya ingin membeberkan beberapa hasil jepretan sederhana saya disini, beberapa mungkin sudah pernah saya upload di medsos. Dan, menerima segala bentuk kritik dan saran dari netizen semua... ^_^
    Bangkit dari Keterpurukan
    note: ide ini muncul saat ada surprise dari Gusti Allah. Anggur varian Isabella
    yg kukira sudah mati ternyata berseni kembali :)
    Let's Grow Together
    Note: tunas lemon ini adalah wujud keprihatinan terhadap mahalnya harga lemon di pasaran padahal manfaatnya sangat banyak. Harusnya pemerintah kasih subsidi untuk komoditas ini.. (iki ngemeng epe to?! :p)

    Bengkuwang...just that...
    Note: foto ini untuk mengabadikan kelupaan saya atas bengkuwang yg dikasih adek..hehe...
    new hope...
    Note: foto tunas jambu king rose setelah digunduli... berharap ada bunga yg muncul...
    (padake anggur wae, digunduli dhisik lagek ngembang.. :p)

    Monster's Mouth Outlook..
    Note: dengan bantuan lampu senter, penampakan tunas anggur varian Red Flame jd terlihat kayak mulut monster tumbuhan.... (perasaanku aja seh... kalo situ nganggepnya ga mirip ya ga papah.. hehe...)

    New Hope II
    Note: tunas red globe malta

    Wednesday, January 7, 2015

    My Grape World: Amazing!!


    Amazing!!... That's the only word that could described what I felt when I saw the flower of my Japanese variety grape, Pione, for the first time. Many friends in FB Grape Lover Group complaining that Japanese varieties was hard to plant in Indonesia. It was need some special treatment like the use of some "booster" to make them grow well. Some say that was about the difference of weather between Indonesia and Japan. But I doubt it. Many of them able to plant grape varieties from Europe. I guess the difference of weather between Indonesia and Europe is more extreme than Japan, isn't it?!
    I don't know what the problem of planting Japanese varities exactly is. The soil?! The weather?! Like the line that always said in Shakespeare In Love  movie.... -It's mystery-
    Alhamdulillah... My Pione grows quite well. It was bought approximately 8 months ago on bareroot form. I planted it on media that consist of soil, sand and compost. The growth of it can be seen on pictures below.

    Fresh from Japan.. 




    spread the leaves....

    The leaves turn green...


    grow.. and grow....

    need a shoulder...

    grow straight right now...
    Taller... and taller...
    Hey, look.... a flower...
    and again....

    and again....

    Tuesday, January 6, 2015

    My Grape World: Merawat Cutting Anggur.. Ngeri-ngeri Sedapp..

    Pertama kali belajar piara anggur, bentuk bibit yang digunakan adalah cutting alias stek. melihat penampakan cutting, sekilas terbayang stek pohon singkong. Setelah berkomunikasi dengan seller, cutting anggur ditancapkan di polibag dan batangnya ditutup plastik es lilin. Katanya itu bertujuan agar cutting tetap lembab. Saya tunggu 3-4 hari kok tidak ada tanda-tanda sprout itu tunas. "Lembab"... sepertinya itu kuncinya. Akhirnya saya pake resep perlakuan stek warisan keluarga.... dimasukin kamar mandi. Jaman dulu, bapak juga mas-masku kalo mo tanam singkong, cutting disimpan di kamar mandi lebih dulu baru ditancep ke tanah..hehe...
    Alhasil, 10 cutting yang kubeli sprout semua... hatiku pun berbunga-bunga. Komunikasi pun dilakukan lagi dengan seller, kira-kira apa yang harus dilakukan ketika cutting sudah mulai bertunas. Jawabannya, harus mulai dilatih untuk dikenalkan dengan sang mentari. Oke.. si anggur pun dijemur 2-3 jam pada pagi hari. Hari demi hari tunas terus tumbuh. 
    Suatu ketika, saya ada penugasan ke luar kota. Suami yang mengasuh cutting di rumah memberikan laporan kalo tunasnya mendadak layu... Olala.... 
    Apa yang salah ya?! Suamiku pun juga bingung. Padahal tu cutting begitu trubus dan sehat.
    Singkat cerita, saya bergabung dengan grup di jagad facebook, tempat berkumpul para penggemar tanaman anggur. Disitu saya curhat tentang apa yang sudah saya alami. Rupanya ada yang salah pada media tanam yang aku gunakan. Penggunaan pupuk kandang (pukan) yang belum matang sempurna untuk campuran media semai cutting sangat tidak dianjurkan. Waktu itu, saya menggunakan pukan pupup kambing, butiran-butiran pupupnya belum terurai sempurna. Wis... sejak saat itu kapok pake pukan buat semai cutting. Cukup pake campuran tanah sama pasir saja.
    Berlatih merawat cutting terus saya lakukan. Dengan mengikuti dua grup tanaman anggur membuatku kaya akan macam-macam pengetahuan tentang metode semai cutting. Disini saya coba uraikan beberapa metode semai tersebut sebagaimana yang di-share  rekan-rekan di grup PTA dan BDTA:

    • Semai dengan cocopeat
    Cocopeat merupakan serbuk yang terbuat dari sabut/kulit kelapa. Cocopeat kadang digunakan untuk campuran media tanam (metan) maupun kompos. Metode semai dengan cocopeat ini dilakukan dengan cara dipendam. Prosedur umum di semua metode semai cutting adalah cutting harus direndam pada air bersih selama 24 jam (jangan menggunakan air PDAM/air berkaporit). Bungkus cocopeat pada selembar kain. Siram dan peras cocopeat tersebut beberapa kali sampai air berwarna bening. Pada bilasan terakhir, peras cocopeat sampai tidak ada air yang menetes (tekstur cocopeat lembab). Cutting yang telah direndam air dicelup fungisida dan diberi perangsang akar pada bagian pangkalnya. Perangsang akar bisa menggunakan produk-produk yang dijual di toko pertanian seperti root-up, rooton F, growtone, clonex atau lainnya, bisa juga menggunakan bahan-bahan alami seperti sebuk kayu manis atau air bawang merah. Selanjutnya, masukkan cocopeat dalam kantong plastik dan pendam cutting di dalamnya. Buat lubang-lubang pada plastik untuk sirkulasi udara. Dan bongkar pendaman cutting kurang lebih setelah 1-2 minggu (biasanya nampak akar sudah mulai muncul di plastik). Secara pribadi, saya belum pernah mencoba metode ini. Namun saya pernah ikut group buy bibit dan bibit yang diterima dalam kondisi telah dipendam dalam cocopeatMenurut penilaian saya pribadi, timing untuk membongkar pendaman ini yang harus diperhatikan. Karena jika terlalu lama, mata tunas (bud) yang sudah mulai sprout bisa rusak. Waktu itu, bibit yang saya terima budnya sudah mulai sprout setelah 1 minggu tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan akar sehingga saya tunda barang 2-3 hari untuk dipindah ke metan. Alhasil tunasnya pun rusak alias nyenyet... Tetapi metode ini berhasil untuk cutting manicure finger yang dibeli dari Tiongkok.

    Buntelan cocopeat berisi cutting anggur


    • Semai dengan air dan arang
    Beberapa rekan di grup menggunakan metode semai air dan arang ini, namun ada pula yang tidak menganjurkannya. Metode semai dengan air ini kesulitannya adalah mengadaptasikannya ke dalam media tanah. Metode semai ini dilakukan dengan cara mengisi wadah plastik (bisa menggunakan gelas air mineral atau lainnya) dengan air bersih non kaporit dengan tinggi permukaan air 1-2cm. Letakkan cutting pada wadah tersebut dan masukkan sebongkah kecil arang. Fungsi arang ini agar air tidak keruh. Tunggu sampai cutting tumbuh akar, selanjutnya pindah ke metan biasa di pot atau polibag. Letakkan polibag atau pot tersebut di tempat teduh sampai pertumbuhan cutting stabil. Setelah itu, bisa dimulai utuk dikenalkan pada sang mentari.
    • Semai single bud
    Semai single bud ini pada dasarnya menggunakan metode semai dengan air. Bedanya, cutting yang disemai dipotong lebih pendek dan hanya menyisakan satu bud. Isi wadah dengan air bersih (bisa juga diberikan sedikit air bawang merah untuk merangsang pertumbuhan akar), ikat cutting dengan benang dan masukkan dalam wadah dalam posisi menggantung dan pangkal cutting tercelup air sepanjang kurang lebih 1 cm.  Letakkan wadah tersebut di tempat yang gelap (bisa diletakkan di wadah yang lebih besar dan ditutup). Kondisi gelap konon lebih menstimulasi pertumbuhan akar. Bila tunas tumbuh lebih dulu, cutting bisa mulai dikenalkan mentari pagi agar berfotosintesis dan menstimulasi tumbuhnya akar. Frekuensi sinar matahari ini jangan terlalu banyak karena akan membuat tunas layu. Setelah akar tumbuh, baru dipindahkan ke pot atau polibag. Metode single bud ini dapat memperbanyak bibit terutama untuk bibit impor karena 1 cutting bisa dipotong-potong menjadi 3-4 bibit. Saya pernah mencoba semai model ini. Cukup bikin stres..hehe...  
    Metode semai ini membutuhkan waktu lebih lama dan kans bud untuk sprout juga kecil. dari 10 cutting yang saya semai, hanya 3-4 yang budnya sprout dan butuh waktu mungkin lebih dari 1 bulan untuk menunggu akarnya tumbuh. Dari 3-4 bud yang sprout, hanya 1 yang akarnya berhasil tumbuh. Itupun mati setelah dipindah ke pot... hehe.... Pokoke ga sukses lah... :p
    Semai single bud di gelas air mineral yang diletakkan di box sterofoam

    • Semai dengan media biasa (tanah dan pasir)
    Model semai konvensional ini masih menjadi favorit saya. Cutting yang sudah ditreatment dengan fungisida dan perangsang akar ditanam pada polibag atau pot dan disungkup. Jika pada prolog tadi menggunakan bungkus es lilin, maka kali ini saya lebih prefer disungkup semuanya, sak pot-potnya dibungkus. Pot diberi rangka kawat agar plastiknya nggak nyenggol cutting dan usahakan plastiknya transparan agar bisa memantau pertumbuhan tunas. Yang masih membuat saya galau dengan metode semai ini adalah pertumbuhan akar yang kurang bisa dipantau. Biasanya yang terjadi pada semai cutting meliputi 2 hal, akar tumbuh lebih dulu atau tunas tumbuh lebih dulu. Kalau tunas tumbuh lebih dulu tanpa diimbangi dengan pertumbuhan akar, yang terjadi adalah ketika tunas mencapai tinggi 5 cm tiba-tiba layu. Ini pernah terjadi ketika saya menyemai bibit red globe dan white long malta. Sempet bikin jantung mo copot. Dan yang kulakukan adalah...nothing. Saya hanya memindah semaian ke dalam rumah. Tidak diapa-apakan lagi. Beberapa hari setelah itu, tunas-tunas tampak tumbuh lagi. Layunya daun-daun itu nampaknya karena kekurangan suplai makanan akibat akar belum tumbuh. Jadi, mesti punya kesabaran ekstra untuk menanti tumbuhnya akar.
    Sedangkan kalo akar tumbuh duluan, ini yang susah diprediksi kalo semai di pot. Pernah suatu ketika semai cutting yellow belgie (anggur kediri kuning) hasil BLT dari warga PTA. Secara kasat mata, nampaknya cuttingnya udah wassalam. Kondisinya kering kerontang. Karena ga sabaran, kucabut lah itu cutting. Ternyata akarnya gondrong jaya... arrghhh.... Sudah coba diselamatkan dengan menanamnya kembali dan menyiramnya dengan larutan Vitamin B1 tak jua bisa menolong.
    Ya sudah.. wassalam beneran deh..hehe...
    Untuk memantau pertumbuhan akar, menggunakan wadah transparan seperti gelas air mineral atau gelas pop es sepertinya perlu dipertimbangkan. Temen-temen di grup rata-rata menggunakan itu. Kemarin sudah pengadaan gelas pop es satu plastik dan sudah dibolong-bolong untuk persiapan kedatangan cutting dari Ukraina dan Jepang. Mudah-mudahan semai cutting kali ini bisa lancar jaya dan bisa tumbuh subur gemah ripah loh jinawi.... Aamiinnnn....
    Bentuk sungkup untuk semai konvensional pada pot
    *mirip parcel...hehe....