I'm Just An Ordinary Woman ^_^

Tuesday, August 8, 2017

Metode Penilaian Persediaan: FIFO vs LIFO

Entah kena angin apa aku bisa menulis tentang akuntansi, sementara ngerjain tesis aja malesnya minta ampun.. :D
Hanya saja aku sedikit tergelitik ketika diskusi mengenai persediaan obat di rumah sakit ada yang nyeletuk begini "persediaan obat pasti menggunakan metode penilaian FIFO (First In First Out) karena terkait erat dengan adanya expired date (masa kadaluarsa)". Benarkah begitu?!
Celetukan itu membuat aku seolah terlempar kembali ke tahun-tahun awal kuliah S1. Celetukan itulah yg tergambar di kepalaku ketika pertama kali membaca bukunya Kieso tentang metode penilaian persediaan. Saat itu, sambil senyum dosenku berkata penggunaan metode FIFO atau LIFO (Last In First Out) tidak ada hubungannya dengan riil pergerakan fisik persediaan. Kalo ada hubungannya, terus perusahaan yang menggunakan metode rata-rata (average) gimana dong?! Mosok sebentar ngeluarin stok lama sebentar ngeluarin stok baru?! :)
FIFO, LIFO, Average hanyalah merupakan metode alias cara menghitung atau menentukan nilai persediaan yang nantinya akan disajikan dalam laporan keuangan baik itu untuk menyajikan nilai sisa persediaan di Neraca maupun penggunaan persediaan di Laporan Laba Rugi. Pengaruhnya lebih pada kewajaran penyajian laba atau rugi suatu entitas/perusahaan.

Apa itu FIFO, LIFO dan Average?
FIFO merupakan metode penilaian persediaan yang didasarkan pada asumsi bahwa barang yang dibeli paling awal (first in) adalah barang yang pertama dijual (first out) atau ketika ada penjualan maka nilai pokok barang yang diperhitungkan adalah nilai barang yang dibeli paling awal. Ilustrasi perhitungan FIFO sebagai berikut:


Sedangkan LIFO sebaliknya, penilaian persediaan yang diperhitungkan dengan asumsi bahwa barang yang dibeli paling akhir (last in) adalah barang yang dijual pertama (first out) atau ketika ada penjualan maka nilai pokok barang yang diperhitungkan adalah nilai barang yang dibeli paling akhir. Ilustrasi perhitungan LIFO sebagai berikut:


Metode penilaian rata-rata (average) merupakan metode penilaian persediaan dengan menggunakan nilai rata-rata persediaan yaitu kenaikan maupun penurunan nilai persediaan diambil nilai rata-ratanya dengan cara jumlah nilai pembelian dibagi jumlah unit barang. Ilustrasi berikut merupakan perhitungan metode rata-rata dengan sistem periodik yaitu perhitungan persediaan dilakukan pada akhir periode akuntansi.
Apabila menggunakan sistem perpetual yaitu nilai persediaan diperhitungkan setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan, maka perhitungan metode rata-rata yang dipergunakan adalah moving average. Bagaimana caranya?! Nah ini, aku jg agak dhedhel matematika, jadi silahkan digoogling sendiri.. hehehe...
Btw, contoh penggunaan sistem perpetual bisa dilihat dari perhitungan metode FIFO dan LIFO di atas.

Bagaimana efek pemilihan metode penilaian persediaan dalam laporan keuangan?
Pemilihan metode penilaian persediaan berpengaruh terhadap nilai laba atau rugi di Laporan Laba Rugi dan nilai persediaan dalam Neraca. Ilustrasinya sebagai berikut:

Barang dalam contoh tabel tadi misalnya dijual dengan harga Rp200 per unit. Maka nilai laba dalam:

a. Metode FIFO
    Penjualan (250 x Rp200)                       Rp50.000
    Harga Pokok Penjualan
    (Rp15.000+Rp15.000+Rp8.000)          (Rp38.000)
                                                                ___________
                      Laba                                      Rp12.000

b. Metode LIFO
    Penjualan (250 x Rp200)                       Rp50.000
    Harga Pokok Penjualan
    (Rp15.000+Rp24.000)                          (Rp39.000)
                                                                ___________
                      Laba                                      Rp11.000

c. Metode Rata-rata
   Penjualan (250 x Rp200)                       Rp50.000
   Harga Pokok Penjualan
   (Rp15.900+Rp15.900)                          (Rp31.800)
                                                                ___________
                      Laba                                     Rp18.200

Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat bahwa pemilihan metode penilaian persediaan berpengaruh terhadap penghitungan nilai laba. Sedangkan pengaruhanya dalam Neraca dapat dilihat sebagai berikut:

a. Metode FIFO, saldo persediaannya sebesar Rp57.500 (Rp32.000 + Rp25.500)
b. Metode LIFO, saldo persediaannya sebesar Rp56.500 (Rp15.000 + Rp16.000 + Rp25.500)
c. Metode rata-rata, saldo persediaannya sebesar Rp55.650 

Kembali ke cerita awal tadi, dengan demikian apakah persediaan obat di rumah sakit selalu atau harus menggunakan FIFO?! Tidak juga. 
Disini aku membicarakan konteks penyajian persediaan dalam laporan keuangan instansi pemerintahan, karena rumah sakit yang aku sebut tadi adalah rumah sakit pemerintah. Dalam paragraf 17 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 5 tentang Akuntansi Persediaan (PP 71 Tahun 2010) telah dinyatakan bahwa:
        Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
        a. Metode sistematis seperti  FIFO atau rata-rata tertimbang
        b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan
            bermacam-macam jenis.

Jadi, metode penilaian persediaan yang diperbolehkan dalam penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah adalah FIFO, rata-rata tertimbang (weighted average) dan harga pembelian terakhir untuk persediaan yang nilainya tidak material dan jenisnya bermacam-macam seperti alat tulis kantor.
Untuk persediaan obat, memang metode FIFO paling mendekati kondisi riil di lapangan karena petugas apotek akan memprioritaskan obat yang memiliki masa kadaluwarsa/expired date (ED) paling cepet. Dengan kata lain, barang yang dijual adalah barang yang dibeli paling awal. Namun bukan berarti penggunaan FIFO maka pergerakan barangnya pun harus seperti itu. Misalnya, pembelian obat yg baru ternyata ED-nya lebih cepet daripada pembelian sebelumnya (jarang terjadi sih). Maka, pertimbangan ED yang lebih diprioritaskan untuk mengeluarkan barang persediaan. Perhitungan akutansi (beban persediaan) tetap menggunakan FIFO alias harga pembelian yang lama yang diperhitungkan lebih dulu.
Atau, misalnya ada pasien atau keluarga pasien agak cerewet pas beli obat minta yang ED-nya lama untuk persedian di rumah. Kan ga mungkin petugas apoteknya terus bilang gini "maaf, bu. kami tidak bisa ngasih obat yg ED-nya lama karena kami ngitung persediaannya pake FIFO". Paling-paling si pasien bilang gini "FIFO ki panganan opo to, massss...." hehehe... :D


Monday, August 29, 2016

Fotografiku: Motret Live Event

Jazz Traffic Festival 2016.... Akhirnya keturutan juga nonton pertunjukan jazz secara live.. hehehe...

Momen bagus untuk belajar motret panggung musik/event. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku bisa nonton even musik. Dulu pernah hadir di panggungnya Ten2Five sama Yovie n Nuno.. Cuma waktu itu masih belum punya kamera yang layak untuk mengabadikannya. Foto-fotonya jadinya yaaa gitu deh.. hehe...

Tantangan motret panggung musik yang aku rasakan adalah harus menangkap gerakan si artis dengan kondisi cahaya yang minim plus ga boleh pake lampu flash (etika motret live event, kata temenku yg pengalaman motret memotretnya lumayan banyak). Yaaa...sepertinya aku juga ga bakalan pake lampu flash juga sih, lha wong aku ga punya selain flash built-in... :p
Selain itu, aku juga ga suka hasil kilauan flash built-in... hasilnya kurang gimanaa gitu...

Untuk capture live event ini, aku mengandalkan mode manual karena kurasa tidak ada perubahan volume cahaya yang drastis. Tidak seperti halnya ketika motret pernikahan keponakan-keponakan kemarin, dimana ada perubahan cahaya drastis dari saat arak-arakan (outdoor) sampai ke pelaminan. Kalo pake manual, bisa ketinggalan even upacara adatnya. Untuk outdoor, aku pasrahkan ke mode auto dan saat di pelaminan baru pake setting manual. Dalam live event kali ini, aku set kamera di ISO 800-1600, aperture (bukaan) maksimalnya lensa kit f/5.6 dan shutter speed 1/30 sesekali nyoba di 1/40 dg ISO 3200. Intinya, dalam motret live event ini, aku lebih fokus ke pengaturan ISO dan shutter speed. Soalnya aperture sudah ga bisa diapa-apain lagi, mentok di f/5.6 karena cuma pake lensa kit.. :p

Tantangan kedua, karena cuma pake lensa kit dengan range focal length cuma 18-55 mm, aku harus merangsek ke depan panggung, kalo perlu sampe mepet pager, biar wajah si artis keliatan..hehehe...
Selain itu, aku juga harus menjaga kamera dari senggolan penonton lain. Karena shutter speed tidak bisa lebih cepat dari 1/30-1/40, kemungkinan gambar nge-blur besar banget baik dari faktor gerakan si artis maupun tidak steady-nya tangan kita saat njepret karena disenggol-senggol orang. Bawa tripod pun kurasa hampir mustajab..eh mustahil. Tadinya sih udah sangu tongsis buat gantiin monopod, tapi udah ga sempet lagi ngeluarinnya. Mana pendek pula tongsisnya. Mending cari pager aja buat sandaran.. :D

Dari jadwal jazz traffic ini, aku memilih panggung Andre Hehanusa, The Groove, Maliq n d'Esssential sama Glenn Fredly. Dari keempat artis ini, cuma di The Groove aja yang aku merasa kurang beruntung karena masuknya telat jadi tidak bisa cukup dekat dengan panggung. Saat tidak bisa cukup dekat panggung, fitur live preview kamera rasanya sangat membantu untuk menghindari halangan kepala dan tangan penonton lain di depan kita. Penggunaan live preview ini, aku lebih memilih pengaturan fokus manual. Mode auto focus bener-bener memperlambat, membuatku sempet kehilangan beberapa momen. Tapi ya gitu, jangan sampe lupa untuk nge-set fokus setiap kali mo njepret. Penggunaan live preview ini (ternyata) juga boros baterai. Perlu disipakan baterai cadangan. Jangan kayak aku, udah ga punya baterai cadangan digeber aja pake live preview, giliran Glenn Fredly mo tampil, baterai tinggal satu strip... hihihi...

Dan..ini hasilnya..

1. Memanfaatkan lampu panggung untuk mendramatisir..hehe..




2. Mencoba framing foto pake lambaian tangan penonton, tapi hasilnya agak kaburrr... 



3. Andai punya lensa tele....






Tadi itu dipilihin yang bagus-bagus aja sih.. Yang gagal?! buuannyakkk...
Yang penting, walaupun cuma pake lensa kit, jangan ragu-ragu untuk mencet tombol shutter.. pokoke jepret..jepret...dan jepret...
Kalo beruntung, artisnya bakal mendekat juga dan bisa dapet wajahnya lebih jelas seperti ini..


Well... selamat bereksplorasi dengan motret live event...
See ya.....


Tuesday, October 27, 2015

My Grape World: Grape Diseases alias Penyakitnya Anggur..

Bercocok tanam anggur, selain memahami nutrisi dan teknik yang dibutuhkan pertumbuhan dan pembuahan anggur, harus pula memahami penyakit-penyakit yang berpotensi mengancam pertumbuhan anggur. Menghadapi penyakit anggur ini tidak kalah mumetnya dengan pemenuhan nutrisi anggur. diperlukan kecermatan dalam mengidentifikasinya dan pemilihan cara untuk mengatasinya. Koleksi anggur pribadi telah mengalami beberapa kali serangan dan cukup membuat stress juga hehehe...
Terkait penyakit anggur ini, saya banyak sharing dengan sahabat-sahabat hobiis anggur. Berikut penyakit-penyakit anggur yang pernah hinggap di beberapa koleksi varietas anggur yang saya miliki.
  • Jamur
Musuh utama anggur di musim hujan adalah jamur. Jamur pada anggur ini bisa berupa downy mildew yaitu serbuk kuning yang ada di bawah daun ataupun powdery mildew berupa serbuk putih yang ada di permukaan daun dan menyerang pada cluster buah anggur juga. Pun begitu, tidak menutup kemungkinan pula jamur akan menyerang pada musim kemarau. Ini terjadi pada beberapa bibit anggur di rumah. Varietas okusgozu dari Turki sempat terserang powdery mildew di daunnya bahkan pada varietas pione dari biji, powdery mildew merembet ke batang sehingga memutus jalur nutrisi dan batang yang rencananya akan dijadikan batang sekunder, mendadak layu.

powdery mildew menyerang daun
Untuk mengatasi permasalahan jamur powdey mildew ini kemarin saya menggunakan fungisida serbuk yang dilarutkan dalam air dengan takaran, kalo saya tidak salah ingat kurang lebih 4gr/liter. Langkah tersebut sejauh ini cukup efektif untuk mengatasi jamur powdery mildew ini. 

Ring berwarna hitam karena serangan jamur ini menyabotase nutrisi ke ujung batang

Penampakan ring warna hitam tadi saat batang di belah. Bagian dalam batang yang mulai membusuk hanya di spot ring yang berwarna hitam tadi. Batang sebelum ring dan sesudah ring tadi masih berwarna hijau.


Batang yang diserang jamur (ring hitam) tadi tampak mengering.

Sedangkan untuk jamur yang menyerang batang, baru kali ini saya mengalaminya. Tadinya saya kira ini disebabkan oleh semacam kutu penggerek batang. Setelah curhat dengan rekan yang bergelut dengan hama tanaman, Diketahui bahwa itu merupakan serangan jamur. Katanya, itu sebenernya masih bisa ditolong dengan menggunakan serbuk fungisida yang dibuat seperti pasta dan dioleskan pada ring hitam tadi. Tapi batang yang mengering tadi sudah terlanjur kuamputasi..hehe...
Membaca beberapa artikel di internet, ternyata ada juga fungisida organik yang menggunakan bahan bumbu dapur berupa rimpang-rimpangan (orang Jawa bilangnya empon-empon) yaitu jahe, kunyit dan laos/lengkuas. Bahan-bahan organik ini bisa untuk pembasmian juga pencegahan. Namun saya pernah ngobrol dengan penyedia pupuk dan obat-obatan tanaman katanya untuk bahan-bahan organik ini lebih digunakan untuk pencegahan dan kurang efektif untuk pembasmian. Entah opini ini bener apa tidak. Sejauh ini saya baru satu kali saya menggunakan fungisida dan itu kimiawi. Akan dipertimbangkan untuk menggunakan ramuan empon-empon untuk persiapan musim hujan mendatang dalam rangka pencegahan jamur :)


  • Kutu
Kutu yang menyerang tanaman anggur koleksi di rumah sejauh ini ada 3-4 macam. Cukup menjengkelkan. Ga tau apakah penyakit yang disebabkan kutu-kutu ini lagi tren (endemik) di daerah sekitar rumah atau gimana. Serangan kutu ini seolah ga pernah berhenti. Yang pertama kutu thrips. Kutu kecil berbentuk panjang ini ada yang berwarna hitam ada yang putih. Thrips hitam seolah menghisap klorofil sehingga ada spot-spot kering pada daun. Daun-daun yang diserang ini lama kelamaan akan rusak. Sedangkan untuk thrips yang berwarna putih menempel pada tulang-tulang daun. Daun yang terserang thrips putih akan mengkerut dan tidak sehat. Daun yang mengkerut dapat pula disebabkan oleh kutu bulat berwarna hitam dan oranye. Saya kurang begitu paham apakah ini tergolong thrips juga ataukah bukan. Berikut penampakan serangan thrips pada tanaman anggur.
daun yang diserang thrips berwarna hitam

Kutu-kutu bulet berwarna hitam dan oranye tampak menikmati lezatnya daun anggur

Penampakan daun anggur setelah dimangsa thrips putih
Untuk membasmi thrips ini, saya kemarin memanfaatkan pestisida organik dari bahan bawang putih, spiritus dan daun mimba. Pestisida kontak ini lumayan ampuh untuk membasmi thrips. Pestisida kontak merupakan pestisida yang membasmi saat kutu tersebut terkontak langsung baik melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) maupun langsung mengenai mulut serangga (http://ditjenbun.pertanian.go.id). Kebanyakan pestisida organik bersifat kontak.
Ada pula pestisida yang bersifat sistemik. Pestisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.(http://ditjenbun.pertanian.go.id). Sepertinya pestisida jenis ini cocok untuk penanganan jangka panjang dan saya akan mencoba mengaplikasikannya.
Yang kedua, kutu perisai. Morfologi kutu ini membuatnya sulit untuk dibasmi. Kutu eksis dibalik perisai atau semacam tempurung kecil yang melindunginya dari pestisida.  Perisai ini bersifat water resistant karena dilapisi semacam lilin. Kutu ini kebanyakan menyerang/menghisap batang anggur. Yang perlu diperhatikan adalah serangan pada batang tua. Warna perisai kutu ini seolah berkamuflase dengan warna kulit batang bahkan seringkali kutu ini nyelip diantara lipatan kulit. Jadi harus jeli melihatnya.

Penampakan kutu perisai yang menempel pada batang varietas red flame
Untuk mengatasi kutu sementara ini saya masih menggunakan cara manual rada anarkis, dikerik menggunakan kuku atau dicongkel pake jarum untuk kutu yang nyelip-nyelip. Ada tips dari sahabat grup anggur untuk membasmi kutu ini namun saya belum pernah mencobanya. Tipsnya adalah disikat perlahan dengan menggunakan sikat gigi dan air dicampur sabun cuci piring cair untuk menghilangkan lapisan lilinnya. Setelah itu, disemprot dengan pestisida yang telah dicampur perekat. Tips ini lebih efektif diaplikasikan pada sore hari saat kutu perisai sedang beraktivitas. Sempet terpikir pula untuk menggunakan pestisida sistemik karena kutu perisai akan menikmati batang yang mengandung residu pestisida.
Yang ketiga adalah kutu putih. Ini hama yang paling update saat ini :p Kutu ini juga banyak dijumpai pada pohon jeruk, mangga dan pepaya. Pada pohon anggur, kutu ini gemar sekali memangsa pucuk-pucuk batang dan tunas-tunas yang tentu saja menghambat pertumbuhan anggur. Sedihnya, kutu ini juga memangsa graftingan entres red flame-ku yang baru tumbuh.. Hiks.. Susah payah aku menggrafting itu...
Pucuk-pucuk batang dan tunas air yang mengerut akibat serangan kutu putih
Untuk sementara ini saya menggunakan pestisida kontak untuk membasmi kutu putih ini dan masih menunggu hasilnya. Sedangkan pada varietas lokal yang pohonnya sudah agak besar, kerutan-kerutan akibat kutu putih ini kupotong. Ada sahabat hobiis yang menyarankan juga untuk memanfaatkan pestisida sistemik agar pucuk yang mengerut kembali tumbuh normal. Nanti akan dicoba juga.

Selain serangan hama jamur dan kutu, pertumbuhan anggur juga harus dijaga dari defisiensi unsur hara makro maupun mikro. Asupan nutrisi harus diperhatikan. Gejala-gejala defisiensi ada yang mirip dengan serangan hama. Serangan kutu putih ini tadinya kukira defisiensi seng (Zn) karena gejalanya mirip sekali seperti pertumbuhan sel batang yang tidak sempurna, daunnya kerdil, pertumbuhan pucuk mengerut dan jarak antar mata tunas pendek. Tetapi setelah diperhatikan lagi dan juga ada sahabat yang pernah mengalami gejala serupa rupanya ada kutu putih yang bersemayam dibalik kerutan daun.

Demikian derita akibat hama ini, mudah-mudahan berikutnya akan diperoleh cara-cara yang lebih efektif untuk membasminya.

Have a grape day.. ;)

Tuesday, September 22, 2015

My Grape World: Sambung Menyambung Batang Ijo (Mini Grafting)



Perbanyakan bibit secara vegetatif lebih banyak dipilih untuk memperbanyak tanaman anggur sebab karakter buah yg dihasilkan kelak relatif sama dengan induknya. Perbanyakan secara vegetatif yang dapat dilakukan pada tanaman angur antara lain: cangkok, stek (cutting) dan grafting. Dari ketiga model perbanyakan vegetatif tersebut, menurut saya, grafting merupakan bentuk paling ideal terutama untuk mengadaptasikan varietas-varietas dari luar negeri. Sebab, dengan grafting, entres (batang atas) dari batang varian impor disambungkan dengan varian lokal yang telah beradaptasi dengan lingkungan atau dengan varietas batang bawah (rootstock) yang tahan becek dan penyakit. Dengan demikian, persentase keberhasilan untuk membiakkan varian impor lebih besar bila dibandingkan dengan menanam "polosan" dalam bentuk cangkok ataupun stek.
Dari penulusuran di dunia maya, dijumpai beberapa model grafting. Berikut model grafting yang dikutip dari situs www.appleman.ca:

  • cleft grafting
cleft grafting merupakan model grafting dengan membuat celah (cleft) pada batang rootstock yang selanjutnya disisipkan entres didalamnya
kunci dari semua model grafting adalah layer kambium harus pas antara rootstock dengan entres  
Model lain dari cleft grafting (sumber: wikipedia)
  • bark grafting

Bark grafting merupakan model grafting dengan mnyisipkan entres pada kulit (bark) batang rootstock
  • whip and tongue grafting

whip and tongue grafting ini pada dasarnya mirip dengan clef namun model sayatannya yang berbeda
  • bridge grafting
Bridge grafting ini agak nggak umum. Saya juga baru tau pas baca sumber untuk bahan blog ini..hehe... Berdasarkan keterangan dari sumber, bridge grafting ini untuk menyelamatkan batang yang diserang hewan pengerat (tikus, rayap dll). prinsipnya sama dengan bark grafting, bedanya di bridge ini kedua ujung entres disisipkan pada kulit batang rootstock. 
  • bud (mata tunas) grafting
 Bud grafting ini ada dua model yaitu chip bud dan T-budding.
chip bud ini dilakukan dengan membuat sayatan pada rootstock menyerupai model sayatan pada bud entres. saya sudah pernah mencoba chip bud ini dalam rangka menyelamatkan bibit cutting impor.. dan gagal..hehe... Chip bud ini, menurut saya pribadi, sulit untuk membuat irisan yang pas pada entres maupun rootstock sehingga ketika disatukan masih terlihat celah yang membuat kambium tidak bisa menyatu.
T-budding ini dilakukan dengan menyayat kulit batang rootstock berbentuk huruf T. Potongan bud diselipkan pada sayatan tersebut dan selanjutnya dibalut dengan grafting tape. T-budding ini sepertinya lebih mudah dan lebih menjanjikan... Jadi ga sabar pengen mencobanya... hehe...


Teknik penyambungan lain yang juga diterapkan oleh sahabat-sahabat penggemar anggur adalah sambung susu dan mini grafting. Sambung susu merupakan teknik penyambungan dengan kondisi entres tidak dipotong. Jadi, penyambungan dilakukan dengan kondisi masih memiliki akar. Entres dipotong pada saat telah menempel sempurna pada rootstock. Teknik sambung susu ini juga banyak digunakan untuk menambah "kaki" pada pohon durian yang ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman karena suplai makanan dari akar yang melimpah. Sedangkan mini grafting pada prinsipnya menggunakan cleft grafting namun dilakukan pada batang yang masih hijau dan kecil. Jika sempat berselancar di youtube, ketikkan kata kunci "mini grafting" atau "green on green grafting". Disana ada panduan video lengkap langkah-langkah untuk melakukan mini grafting.

Dan.... belum komplit rasanya piara anggur tanpa menguasai ilmu grafting menggrafting ini. Bahan yang paling mudah didapat untuk praktik grafting adalah mini grafting, hanya membutuhkan rootstock dengan tunas yang tidak terlalu besar dan entres dari tunas yang tidak terlalu besar pula. Mini grafting ini juga dapat digunakan untuk memanfaatkan cabang-cabang muda yang biasanya dibuang dalam rangka pengaturan percabangan pohon anggur. Permasalahan dalam sambung pucuk ini cuma satu... ukurannya.. hehe...
Batang yang muda, ukuran yang kecil dan rapuh membuat saya harus ekstra hati-hati melakukan mini grafting. Yang perlu diperhatikan dalam mini grafting adalah pertama, gunakan batang yang sudah agak keras namun masih berwarna hijau, baik entres maupun rootstocknya. Ini akan mempermudah saat memasukkan entres ke dalam belahan batang roorstock. Kedua, pemilihan bahan ikat. Untuk bahan ikat ini bisa menggunakan grafting tape, suatu plastik dengan gulungan mirip isolasi selebar 1 inci yang digunakan khusus untuk grafting. Ada juga rekan-rekan hobiis anggur  yang hanya menggunakan plastik es lilin dan banyak yg berhasil... *ngiri*. Namun, disarankan menggunakan plastik dengan tekstur mirip grafting tape misalnya plastik wrap pembungkus makanan.

Sudah banyak entres yang jadi korban tangan saya dalam mempelajari mini grafting ini..hehe... Bahan pengikat yang digunakan mulai plastik es lilin, plastik wrap, grafting tape sampai akhirnya jatuh hati pada parafilm. Bahan plastik es lilin belum pernah menunjukkan hasil yang signifikan. Setiap memasuki hari ke-3, hasil grafting mulai layu (konon katanya ketika grafting telah melewati hari ke-3 dan masih segar berarti masih ada harapan :p). Graftingan nyaris berhasil ketika menggunakan plastik wrap dan grafting tape. Waktu itu dapat sumbangan entres varian palieri, karena ukuran entresnya besar saya mengorbankan prabu bestari saya untuk jadi rootstock. Bud sempat pecah dan bertunas. Namun ketika sungkup grafting dibuka, tunasnya mendadak layu dan kering semua berikut rootstocknya. Saya langsung patah hati... Tapi tidak menyerah. Grafting tetap dicoba dengan menggunakan grafting tape.. dan gagal terus.. sampe persediaan rootstock yang ada gundul semua...hehe...

Percobaan berikutnya mini grafting dengan menggunakan parafilm. Terinspirasi dari video mini grafting milik salah satu sahabat di grup anggur yang diposting di youtube. Parafilm merupakan bahan sealer yang biasa digunakan untuk menutup tabung reaksi, cawan petri atau wadah-wadah di laboratorium agar tidak terkontaminasi. Bahan parafilm ini lentur dan teksturnya agak lengket. Jadi, saat membalut sambungan grafting tidak perlu membuat ikatan/simpul, ujung tali cukup direkatkan saja. Mungkin ini yang membuat tingkat keberhasilan grafting lebih besar karena resiko sambungan berubah posisi jadi  lebih kecil. Bahan parafilm ini memang agak sulit ditemui, mungkin yang menyediakan adalah toko-toko penjual alat-alat laboratorium. Untungnya, saya menemukannya di salah satu toko online lokal. Harganya lumayan menguras kantong tapi cukup sebanding dengan hasilnya, karena saya baru berhasil melakukan grafting ketika menggunakan bahan ini.. hehehe...



    Langkah-langkah mini grafting menggunakan parafilm kurang lebih seperti ini:

    • Iris ujung entres berbentuk V dengan ujung lancip. Perhatikan posisi irisan dengan posisi mata tunas. Alat pemotong sebaiknya menggunakan silet untuk alat cukur yg dipatahkan jadi dua. Selain lentur, silet ini juga tajam sehingga entres maupun batang rootstock tidak memar.

    • Belah batang rootstock, bisa dibelah biasa tapi lebih bagus dibelah dengan membentuk huruf V untuk menghindari memar/resiko tertekuk saat entres disisipkan. Saya pribadi lebih memilih belah biasa karena kalo belah V suka kebablasan motongnya..hehe... Cm ya gitu, harus ekstra hati-hati saat menyisipkan entres. 

    • Sisipkan entres pada belahan batang rootstock. Untuk rootstock, saya menggunakan anggur sejuta umat, isabella. Varian ini banyak dijumpai di tukang-tukang jual kembang/tanaman, sangat adaptif dengan iklim Indonesia dan relatif tahan banting. Perhatikan posisi bud entres dan bud pada rootstock. Usahakan posisi kedua bud tersebut berlawanan sisi (selang-seling), karenanya penting untuk memperhatikan posisi irisan V pada entres.

    • Bebat sambungan dengan menggunakan parafilm. Untuk bebat ini, potong parafilm dengan ukuran kurang lebih 3 x 1 cm, tarik parafilm tersebut sampai panjangnya mencapai kurang lebih 3x panjang semula dan bebatkan.

    • Setelah dibebat, bungkus entres dengan parafilm. Potong parafilm dengan ukuran 3 x 3 atau sesuaikan dengan panjang entres. Tarik parafilm tersebut dan balutkan ke entres sambil ditekan-tekan lembut agar nempel dan entres terbungkus sempurna.




    Dengan langkah-langkah tersebut, diperoleh hasil kurang lebih seperti ini. 
    • Entres black panther/cherna panthera nempel pada isabella. Dorongan pertumbuhan bud entres akan merobek bungkusan parafilm :)




    • Ini juga entres black panther. Mini grafting yang dilakukan bersamaan dengan foto di atas namun perkembangannya lebih lambat


    • Selanjutnya giliran autumn royal beraksi...  ^_^


    Kalau dulu semangat mencoba grafting karena bolak-balik gagal jadinya penasaran. Sekarang karena ada yang berhasil tumbuh jadi tambah semangat (baca: bernafsu) pengen mainan grafting terus...hehe... 

    Well... Selamat mencoba ;) 

    Saturday, June 6, 2015

    Fotografiku: My Click - Flora.....

    Bagi saya pribadi, memotret flora relatif mudah karena objeknya statis. Hanya saja masih perlu melatih sense. Ide memotret flora ini kadang datang begitu saja. Kebanyakan muncul saat saya mematut2 perkembangan tanaman-tanaman piaraan di rumah. Tunas-tunas mereka saat mau merekah terlihat sangat eksotis. Bila dibandingkan dengan hasil karya temen-temen yang sudah eksis di medsos, jepretan saya ini rasanya masih kurang. Terutama yang berbau makro... ugghhh... kapan ya bisa punya lensanya... hehe....
    Kali ini saya ingin membeberkan beberapa hasil jepretan sederhana saya disini, beberapa mungkin sudah pernah saya upload di medsos. Dan, menerima segala bentuk kritik dan saran dari netizen semua... ^_^
    Bangkit dari Keterpurukan
    note: ide ini muncul saat ada surprise dari Gusti Allah. Anggur varian Isabella
    yg kukira sudah mati ternyata berseni kembali :)
    Let's Grow Together
    Note: tunas lemon ini adalah wujud keprihatinan terhadap mahalnya harga lemon di pasaran padahal manfaatnya sangat banyak. Harusnya pemerintah kasih subsidi untuk komoditas ini.. (iki ngemeng epe to?! :p)

    Bengkuwang...just that...
    Note: foto ini untuk mengabadikan kelupaan saya atas bengkuwang yg dikasih adek..hehe...
    new hope...
    Note: foto tunas jambu king rose setelah digunduli... berharap ada bunga yg muncul...
    (padake anggur wae, digunduli dhisik lagek ngembang.. :p)

    Monster's Mouth Outlook..
    Note: dengan bantuan lampu senter, penampakan tunas anggur varian Red Flame jd terlihat kayak mulut monster tumbuhan.... (perasaanku aja seh... kalo situ nganggepnya ga mirip ya ga papah.. hehe...)

    New Hope II
    Note: tunas red globe malta